Analisis Fotografi Jurnalistik Karya Adek Berry berdasarkan Teori Semiotika


Analisis "Foto Jurnalistik Karya Adek Berry" Berdasarkan Teori Semiotika

Alvia Hafsari
202246570002
R4B


Semiotika

        Semiotika berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanda (Pradopo, 1998). Semiotika merupakan ilmu tentang tanda (Tinarbuko, 2003). Bermula dari bidang bahasa, cabang ilmu semiotika berkembang ke bidang seni dan juga desain. Ide dasar semiiotika adalah pesan dan kode (Mudjiyanto & Nur, 2013).
Semiotika merupakan ilmu yang membahas tentang tanda juga masih terlalu luas sebab ada beberapa tokoh pemikir semiotika seperti: Ferdinand de Saussure, Charles Sanders Peirce, Hjelmslev, Umberto Eco, dan Roland Barthes (Pradoko, 2015). Setiap teori semiotika dari beberapa tokoh memiliki konsep yang berbeda (Zikrillah & Sa'dudin, 2009).
        Dibuktikan dari teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure yang mengatakan semiotika dibagi menjadi dua bagian penanda (signifer) dan petanda (signified). Roland Barthes lalu melanjutkan dengan mengembangkan teori tersebut yang dikenal dengan denotasi, konotasi, dan mitos.

Denotasi adalah makna harfiah atau makna sebenarnya merupakan makna yang ditangkap oleh pancaindra manusia. Konotasi merupakan tingkatan kedua yang memunculkan makna implisit atau makna tidak pasti yang banyak dikaitkan dengan psikologis, perasaan, keyakinan. Mitos merupakan bahasa atau makna yang muncul berbeda-beda akibat pengaruh kehidupan sosial budaya dan pandangan yang ada di sekitarnya. (Dewi, & Riris, 2020).

Hasil dan Pembahasan

Menganalisis pesan dan tanda dalam karya foto jurnalistik Adek Berry yang mengulas seputar pandemi Covid-19 di Indonesia. Interpretasi tanda terhadap karya fotografi jurnalistik karya Adek Berry dianalisis menggunakan pendekatan analisis semiotik Charles Sanders Pierce yang menggunakan konsep triadic yang mana suatu tanda memiliki interpretant dan representament. Hasil pemaknaan pada karya Adek Berry mengenai covid-19 dapat dikategorikan menurut tanda (sign), seluruh fotografi yang diteliti dapat dikategorikan sebagai sinsign menurut topologi tanda Peirce, karena merepresentasikan satu fenomena atau situasi tertentu yang unik pada kerangka peristiwa selama pandemi Covid-19 di Indonesia.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif. Metode dalam penelitian ini dipilih dengan tujuan untuk mendeskripsikan, menuturkan, serta menginterpretasikan sebuah data yang memiliki keterkaitan dengan suatu karya fotografi jurnalistik dan dilakukan dengan studi kepustakaan, baik melalui jurnal, buku, dan berbagai referensi lainnya yang dapat mendukung berjalannya penelitian ini, dimana hasil akhir penelitian akan dianalisis lagi secara lebih mendalam. Data yang dikumpulkan secara langsung dari instagram @berryadek, berupa tujuh foto yang berisi pemberitaan mengenai pandemi Covid19 di Indonesia.

Dalam analisis data penelitian, menggunakan teknik analisis semiotik Charles Sanders Peirce. Dalam analisis semiotik Peirce, data yang dikumpulkan diinterpretasikan melalui tiga komponen utama yaitu, tanda (sign), objek (representament), dan interpretant. Melalui analisi semiotik Peirce, peneliti dapat menggali makna yang lebih dalam dari data yang dikumpulkan, memahami representasi dan hubungan antara tanda dan objek, serta menganalisis interpretasi yang muncul dari proses tersebut.
Kesan utama yang diharapkan dari foto-foto jurnalistik ini adalah nilai human interest, hal ini dikarenakan sepak terjang Adek Berry dalam dunia fotografi jurnalistik didominasi oleh penekanan nilai-nilai humanisme dalam karya-karyanya.

Melalui analisis semiotik Peirce, peneliti mendalami pemahaman terhadap variasi tanda (sign) objek dan interpretant yang terkandung dalam setiap karya fotografi jurnalistik Adek Berry mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia dapat dikategorikan menurut tanda (sign), objek pada fotografi pertama hingga ke - 6 yang diteliti dapat dikategorikan sebagai sinsign karena mempresentasikan satu fenomena atau situasu tertentu yang unik pada kerangka peristiwa selama pandemi Covid-19 di Indonesia. Sedangkan objek foto ke-7 dikategorikan sebagai dicisign karena adanya konvensi atau peraturan yang diikuti. Interpretant pada foto pertama, kedua, dan kelima, dikategorikan sebagai indeks karena memiliki hubungan fisik atau kausal dengan objek yang direpresentasikan. Foto ke empat dikategorikan sebagai simbol karena mengandung konvensi sosial atau makna yang terbentuk melalui interpretasi dan konvensi budaya. Foto ketiga, keenam, dan ketujuh dikategorikan sebagai ikon karena ada kemiripan visual atau representasi yang mirip antara objek dan tanda yang ditunjukkan.


Komentar

Postingan Populer