Literatur Review Tentang Seni Fotografi

 

MENGENAL TENTANG SENI FOTOGRAFI DALAM BERKARYA

Artikel kali ini membahas tentang Seni Fotografi, yang dimana fotografi tidak hanya sekedar memotret, tetapi fotografi mempunyai nila-nilai etik yang terdapat dalam gambar yang diciptakan fotografer. Kemudian, beberapa teknik dan penjelasan mengenai etika dalam fotografi yang masih awam untuk diketahui oleh masyarakat.


(1) Judul : PERANAN WARNA DALAM KARYA FOTOGRAFI

Penulis : Agnes Paulina Gunawan

Volume 3, No. 2 Oktober 2012.

 

Tujuan Penelitian : Tujuan yang dilakukan Agnes Paulina di jurnal ini adalah supaya fotografer dapat memanfaatkan dan mengembangkan aspek warna dalam prediksi atau ide karya foto yang akan dijepretnya, baik untuk membentuk komposisi, atau dengan membangun mood atau suasana bahkan bisa saja fotografer memanfaatkan warna baik secara pigmen dalam objek maupun spektrum cahaya, untuk memanipulasi karya yang akan dihasilkan sesuai dengan tujuan atau idenya.

Hasil Review : Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, artikel disusun sebagai hasil penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur bersadarkan pengumpulan data melalui buku yang berisi teori warna dalam fotografi dan sumber dari internet mengenai teori fotografi yang berkaitan dengan materi pembahasan.

Dengan keberadaan suatu aspek warna, sebuah karya fotografi bisa memiliki suatu komposisi, bisa juga suatu objek menjadi suatu objek utama yang lebih menonjol dibanding warna yang lainnya dalam foto tersebut. Dalam suatu komposisi fotografi, warna bisa menjadi daya tarik atau fokus utama bila dikolaborasikan dengan elemen lain dalam karya foto, bisa juga karena keberadaaan suatu warna, suatu karya foto bisa memiliki suatu tema atau menciptakan suatu mood tertentu.

Warna dalam fotografi yaitu sebuah foto yang bisa dihasilkan dari beberapa cara, yaitu dengan menggunakan filter yang akan merubah seluruh nuansa warna. Cara lainnya dengan menggunakan warna pada cahaya yang digunakan pada saat pemotretan, atau dengan menggunakan warna-warna pada fisik dari objek yang akan di foto untuk membentuk suatu komposisi. Selain sebagai warna cahaya, warna-warna tadi juga dipakai sebagai filter warna dalam fotografi. Filter adalah aksesoris kamera yang berupa lapisan kaca, gelatin atau bahan lain yang digunakan untuk memodifikasi spektrum cahaya. Filter memungkinkan fotografer untuk memodifikasi foto yang dihasilkan, bahkan kadang-kadang fotografer memakainya hanya untuk membuat sedikit perubahan nuansa foto.

Selain karena masalah warna gelap dan terang, fotografer sangat perlu memahami tentang warna additive  dan subtractive sehingga bila menghadapi situasi pencahayaan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, seorang fotografer dapat mengatasinya dengan pemahaman tentang pemakaian teknologi auto white balance atau pengaturan filter sesuai kebutuhan pemotretan.


(2) Judul : AKTIVITAS FOTO JURNALISTIK DI HARIAN DISWAY

Penulis : Rebecca Sanjaya Hamidoyo

Vol. 02, No. 3 (2022)


Tujuan Penelitian : Foto jurnalistik tidak hanya fokus memotret suatu peristiwa, namun juga dapat digunakan untuk menunjang keakuratan informasi yang dipublikasikan ke media. Penulis melakukan foto jurnalistik di Harian Disway sebagai jurnalis foto. Harian Disway sendiri merupakan perusahaan media yang fokus pada bidang media massa (media online dan media cetak). Selama penulis menjadi jurnalis foto, penulis telak melaksanakan kegiatan pemberitaan yang ditugaskan oleh koordinator liputan. Menjadi seorang jurnalis foto harus mengetahui momen-momen yang mengandung nilai berita agar berita yang dimuat menarik untuk dibaca. Rangkaian kegiatan jurnalis foto di Harian Disway diawali dengan pencatatan berita yang akan diliput, proses pemberitaan, editing dan caption foto serta mengirimkan hasilnya ke editor foto. Tujuan penelitiannya adalah untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.

Hasil Review : Penelitian ini menggunakan metidek deskriptif kualitatif. Hasil data dalam penelitian ini diperoleh dari proses wawancara dengan beberapa jurnalis foto.

Foto jurnalistik menghentikan waktu dan memberikan kita gambaran nyata bagaimana waktu membentuk sejarah lewat sebuah kejadian. Foto jurnalistik menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambarnya yang sesuai dengan fakta, sehingga foto jurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan sebuah peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif. Selain itu, foto jurnalistik merupakan salah satu hasil atau berita yang layak untuk disampaikan atau disiarkan kepada khalayak melalui media massa (Ichsan, 2011.p.24). 

Dari kutipan diatas kita harus mengetahui bahwa antara foto jurnalistik dengan berita merupakan sebuah kesatuan yang saling memperngaruhi antar satu sama lain. Foto jurnalistik juga tidak terlepas dari beberapa kalimat singkat yang disebut dengan caption. Tujuan dari diberikannya teks foto yaitu untuk memberikan penjelasan dan informasi dari foto yang akan disampaikan ke publik.

Pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi pada harian Disway dan teknik tinjauan perpustakaan. Dari data yang diperoleh tersebut kemudian dipilih berdasarkan kebutuhan ilmiah dalam menyusun penelitian ini.

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fotografi merupakan kegiatan pengambilan gambar menggunakan kamera dengan memanfaatkan cahaya sebagai komponen utamanya, sedangkan foto jurnalistik adalah medium sajian yang berisi informasi yang disajikan dalam bentuk visual. Semua kegiatan fotografi tidak terlepas dari seseorang fotografer sebagai pelakunya. Fotografer jurnalistik dituntut untuk tidak hanya menguasai beragam teknik foto namun juga harus mampu menyampaikan informasi mengenai foto yang diambil dengan cara memberikan keterangan dalam setiap foto unggahannya. 

Media massa menjadi wadah penyampaian informasi atau berita dari para jurnalis kepada khalayak. Oleh karena itu, Harian Disway memanfaatkan media massa untuk memproduksi dan mempublikasikan berita-beritanya baik melalui media cetak maupun media online.


(3) Judul : Analisis Semiotik Foto Jurnalistik Karya Adek Berry

Penulis : Dita Karmiati, Aka Kurnia

Vol. 02, No. 3 Juli 2022

 

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pesan dan tanda dalam karya foto jurnalistik Adek Berry yang mengulas seputar pandemi Covid-19 di Indonesia. Interpretasi tanda terhadap karya fotografi jurnalistik karya Adek Berry dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis semiotik Charles Sanders Peirce yang menggunakan konsep triadic yang mana suatu tanda memiliki interpretant dan representament. Hasil pemaknaan pada hasil karya fotografi jurnalistik Adek Berry mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia dapat dikategorikan menurut tanda (sign), seluruh fotografi yang diteliti dapat dikategorikan sebagai sinsign menurut topologi tanda Peirce, karena merepresentasikan satu fenomena atau situasi tertentu yang unik pada kerangka peristiwa selama pandemi Covid-19 di Indonesia.

Hasil Review : Salah Satu pegiat fotografi jurnalistik yang cukup dikenal di kalangan fotografer adalah Adek Berry. Adek Berry adalah seorang jurnalis dan fotografer profesional asal Indonesia. Saat Indonesia mengkonfirmasi adanya pasien Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020, Adek Berry aktif meliput berita selama masa pandemi di beberapa rumah sakit pasien Covid 19 dan juga pemakaman korban Covid 19. Berbagai karya fotografi Adek Berry telah mendapat penghargaan dan apresiasi yang tidak sedikit. Hal tersebut diyakini karena nilai-nilai seni yang terkandung di dalamnya cukup kompleks dan mencakupi teknik-teknik dalam fotografi seperti panonjolan terhadap aspek visual tertentu, penggunaan tata pencahayaan (lighting) dan pesan-pesan serta tanda yang terkandung dibaliknya.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif. Metode dalam penelitian ini dipilih dengan tujuan untuk mendeskripsikan, menuturkan, serta menginterpretasikan sebuah data yang memiliki keterkaitan dengan suatu karya fotografi jurnalistik dan dilakukan dengan studi kepustakaan, baik melalui jurnal, buku, dan berbagai referensi lainnya yang dapat mendukung berjalannya penelitian ini, dimana hasil akhir penelitian akan dianalisis lagi secara lebih mendalam. Data yang dikumpulkan secara langsung dari instagram @berryadek, berupa tujuh foto yang berisi pemberitaan mengenai pandemi Covid19 di Indonesia.

Dalam analisis data penelitian, menggunakan teknik analisis semiotik Charles Sanders Peirce. Dalam analisis semiotik Peirce, data yang dikumpulkan diinterpretasikan melalui tiga komponen utama yaitu, tanda (sign), objek (representament), dan interpretant. Melalui analisi semiotik Peirce, peneliti dapat menggali makna yang lebih dalam dari data yang dikumpulkan, memahami representasi dan hubungan antara tanda dan objek, serta menganalisis interpretasi yang muncul dari proses tersebut.

Kesan utama yang diharapkan dari foto-foto jurnalistik ini adalah nilai human interest, hal ini dikarenakan sepak terjang Adek Berry dalam dunia fotografi jurnalistik didominasi oleh penekanan nilai-nilai humanisme dalam karya-karyanya.

Kseimpulan : Melalui analisis semiotik Peirce, peneliti mendalami pemahaman terhadap variasi tanda (sign) objek dan interpretant yang terkandung dalam setiap karya fotografi jurnalistik Adek Berry mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia dapat dikategorikan menurut tanda (sign), objek pada fotografi pertama hingga ke - 6 yang diteliti dapat dikategorikan sebagai sinsign karena mempresentasikan satu fenomena atau situasu tertentu yang unik pada kerangka peristiwa selama pandemi Covid-19 di Indonesia. Sedangkan objek foto ke-7 dikategorikan sebagai dicisign karena adanya konvensi atau peraturan yang diikuti. Interpretant pada foto pertama, kedua, dan kelima, dikategorikan sebagai indeks karena memiliki hubungan fisik atau kausal dengan objek yang direpresentasikan. Foto ke empat dikategorikan sebagai simbol karena mengandung konvensi sosial atau makna yang terbentuk melalui interpretasi dan konvensi budaya. Foto ketiga, keenam, dan ketujuh dikategorikan sebagai ikon karena ada kemiripan visual atau representasi yang mirip antara objek dan tanda yang ditunjukkan.

 

(4) Judul : Peran Fotografer dalam Mendukung Kegiatan 

Konser Musik Jember Unifest 2023

Penulis : Prayoga Adi Susena, Ageng Soeharno

Volume 1, Nomor 2, 2024.


Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untum mengkaji peran fotografer dalam mendukung kegiatan konser musik Jember Unifest 2023. Fotografer memiliki peran krusial dalam mengabadikan momen-momen berharga dan memastikan bahwa momen tersebut dapat diabadikan dengan baik melalui karya fotografi. Sebuah karya fotografi merupakan bentuk komunikasi visual dimana foto yang dihasilkan terdapat penyampaian pesan dari fotografer kepada orang yang melihat foto tersebut. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana peran fotografer dalam mendukung kegiatan konser musik Jember Unifest 2023 dan bagaimana teknik yang digunakan dalam pengambilan gambar pada konser musik Jmber Unifest.  Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang peran fotografer dalam mendukung kegiatan konser musik, serta tanggung jawab fotografer dan kontribusi dan mendokumentasikan dan mempromosikan acara konser musik Jember Unifest. Fotografer dalam kegiatan konser musik menjadi landasan untuk meningkatkan penghargaan terhadap peran fotografer dalam industri musik dan seni secara keseluruhan. Serta menciptakan hasil karya dan kenangan indah yang meninggalkan jejak berharga bagi artis, penonton, dan pihak-pihak terkait dalam acara Jember Unifesr 2023.

Hasil Review : Dalam fotografi konser musik, tantangan teknis yang dihadapi fotografer sangatlah besar. Konser musik seringkali berlangsung dalam kondisi cahaya yang rendah dan dengan gerakan yang cepat (Ding, 2019). Oleh karena itu, fotografer harus mahir dalam menggunakan pengaturan kamera yang tepat, seperti bukaan lebar untuk menangkap cahaya yang cukup, kecepatan rana tinggi untuk membekukan gerakan dan pengaturan ISO yang optimal untuk menghindari noise pada gambar.

Selain dari sisi dokumentasi, fotografi konser musik juga memiliki peran penting dalam mendukung promosi acara. Foto-foto berkualitas tinggi dari konser musik dapat digunakan untuk mempromosikan acara media sosial, situs web, poster, dan materi pemasaran lainnya. Foto-foto yang menampilkan momen-momen antusiasme dan kebahagiaan dari penonton dapat meningkatkan minat dan partisipasi lebih banyak orang dalam acara tersebut.

Di era digital seperti saat ini, dokumentasi visual dalam kegiatan konser musik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan pengalaman. Fotografer dan Videografer memiliki peran yang sangat krusial dalam mengabadikan momen-momen berharga selama konser. Sama halnya dengan acara yang dibahas ini yaitu pada peran fotografer dalam mendukung acara konser musik Jember Unifest yang diadakan pada tanggal 28 Januari 2023.

Peneliti fokus pada bagaimana seorang fotografer konser musik berperan dalam menangkap momen-momen penting saat acara berlangsung. Tidak hanya itu peneliti juga fokus untuk menganalisa tentang bagaimana tanggung jawab fotografer dan setiap fotografer memiliki jobdesk nya masing-masing untuk mencakup semua kegiatan konser musik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana peran pada fotografer dalam mendukung acara konser musik Jember Unifest yang diadakan pada tanggal 28 Januari 2023 untuk mengenalisis peran fotografer dan teknik yang mendukung fotografer untuk mendapatkan hasil karya yang bagus.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori Semiotika menurut Charles Sander Peirce yang berdasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar atau berimajinasi.

Fotografer juga berkontribusi secara aktif dalam mendukung pemasaran dan promosi acara, membantu menciptakan buzz positif, dan memperkuat hubungan industri yang berharga. Tanpa peran fotografer, Jember Unifest 2023 tidak akan dapat meninggalkan jejak yang begitu mendalam dalam sejarah konser musik di Jember, serta menjadi inspirasi bagi acara serupa di masa mendatang.

Dapat disimpulkan tentang bagaimana peran fotografer dalam mendukung kegiatan konser musik Jember Unifest 2023 dan bagaimana teknik fotografi yang digunakan dalam pengambilan gambar pada saat konser musik Jember Unifest. Fotografer memegang peran penting dalam dokumentasi dan promosi acara konser musik. Mereka mengambil foto-foto berkualitas tinggi yang memperkuat identitas acara, menciptakan kenangan tak terlupakan bagi peserta, dan mempromosikan acara secara efektif. Dengan melibatkan fotografer acara konser musik dapat diabadikan secara visual dan memperkuat pengalaman para peserta serta emingkatkan popularitas acara di masa depan. Dalam konser musik seorang fotografer memiliki tujuan yang sama yaitu mengabadikan momen yang berharga. 


(5) Judul : Analisis Semiotika Foto pada Buku Mata Lensa karya Adek Berry

Penulis : Andraisman Dorin P, Sumaina Duku, Anang Walian

Vol.2, No.11, Oktober 2023


Tujuan Penelitian : "Analisis Semiotika Foto pada Buku Mata Lensa karya Adek Berry". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis semiotika foto pada buku mata lensa pada karya Adek Berry. Metode penelitian menggunakan kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian teknik analisis data melalui reduksi, penyajian dan verifikasi data.

Hasil Review : Hasil penelitian yaitu karya fotografer Agence France Presse (AFP) Adek Berry bukan hanya mengedepankan karya foto tersebut yang berisi tulisan di tengah kancah tugasnya tegun dengan profesi sebagai jurnalis foto. Makna yang ditampilkan pada buku ini juga menggambarkan kodratnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus bertanggung jawab terhadap nasib anak-anaknya. Hasil karya dan perjalanan menghadapi berbagai halangan dan rintangan selama memburu bukti kebenaran akan foto yang ditampilkan membuat sosok Adek Berry berani mengambil resiko apapun, hal ini menunjukkan sikap otimis dan semangat tingginya patut di contoh.

Jurnalis foto adalah orang yang melakukan kegiatan jurnalistik atau rutin menulis berita (dalam bentuk pemberitaan), yang tulisannya sering dimuat dan dimuat di media massa. Laporan ini dapat dipublikasikan di media massa seperti surat kabar, televisi, radio, majalah, dokumenter, dan internet. Jurnalis mencari sumber terpercaya untuk menulis laporan mereka, dan untuk melayani publik dengan memberikan informasi yang terverifikasi, mereka perlu membuat laporan mereka seobjektif mungkin dan bebas dari sudut pandang tertentu. Jurnalis juga tidak boleh berpihak pada satu partai politik atau memberikan suara pada satu partai politik saja dengan tetap memperhatikan kehadiran partai politik lainnya. Jurnalis tidak diperbolehkan mewakili kepentingan salah satu pihak yang berkonflik. Dalam tugasnya, ia harus berkewajiban mencari berita dan memberikan informasi kepada pembaca atau masyarakat umum sesuai dengan standar tejnis dan etika jurnalistik.

Fotografi jurnalistik merupakan foto yang layak diberitakan yang memuat informasi dalam bentuk foto, bukan sekedar jepretan. Ada etika yang harus dijunjung tinggi setiap saat, ada pesan dan kesan yang harus disampaikan, ada batasan yang tidak boleh dilanggar, dan ada dinamika yang harus diungkapkan dalam gambar. Hal terpenting dalam fotografi jurnalistik adalah nilai kejujuran yang selalui berlandaskan fakta obyektif saja. Jurnalis foto harus selalu menjadi yang terdepan. Mereka selalu berjaga di barisan belakang saat memberitakn berita kepada masyarakat luas. Jurnalis foto juga dituntut untuk cermat menangkap seluruh "momentum" suatu peristiwa dan menyajikannya dengan cara yang berbeda dari apa yang dilihat publik. Yang terpenting, mereka harus memahami dan berempati dengan peristiwa yang ingin mereka tinggalkan selamanya. Proses semiotik fotografi sebagai objek memediasi komunikasi massa. Proses komunikasi massa ini pada hakikatnya adalah proses penyampaian makna yang dilakukan melalui saluran-saluran yang biasa dikenal dengan media cetak, media pendengaran, media visual, atau media audiovisual.

Adek Berry merupakan seorang jurnalis foto. Ia terlibat dalam pemberitaan Afghanistan di kantor berita keenam dunia. Kiprah Adek Berry sebagai jrunalis foto kerap menghadirkan beragam tantangan, mulai dari pemberitaan di zona konflik hingga peliputan bencana alam dan upacara. Adek berry membuktikan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan oleh laki-laki. Pada dasarnya Adek Berry, pembaca minat terhadap intuisi dan menjaga konsistensi menjadi kata kunci Adek Berry dalam mengarungi perairan sulit dan dinamis dalam profesi fotografi jurnalistik. Melalui karya-karya nya, pembaca diajak menyaksikan secara langsung serangkaian peristiwa penting yang terjadi tidak hanya dalam sejarah Indonesia sejak era reformasi penting, namun juga dibelahan dunia lainnya. Pengalaman Adek Berry sebagai seorang jurnalistik mampu menuangkan kisahnya melalui buku mata lensa, sehingga dapat menjadi inspirasi dan pelajaran yang berharga bagi para calon jurnalis.


(6) Judul : ANALISIS SEMIOTIKA PADA METODE FOTOGRAFI EDFAT

DALAM PERNIKAHAN TRADISI JAWA

Penulis : Ike Desi F, Unggul Sugiharto, Putri Novian

Volume 10 Nomor 2 Desember 2023


Tujuan Penelitian : Melalui metode fotografi EDFAT, penelitian ini bertujuan menggali lebih dalam pesan dan makna yang terkandung dalam tradisi pernikahan Jawa. Melalui metode semiotika Pierce berhasil mengungkapkan makna melalui ikon, indeks dan simbol dalam tradisi pernikahan Jawa yang diabadikan dengan metode fotografi EDFAT.

Hasil Review : Hasilnya adalah metode EDFAT mempertegas 3 (tiga) makna pesan dalam tradisi pernikahan Jawa, yakni : (1) Nasihat kepada sepasang pengantin dalam menjalani rumah tangga berupa tanggungjawab, kasih sayang dan ketulusan, (2) Nasihat orangtua kepada anak, mengenai restu, keikhlasan orangtua dan kasih sayang yang seimbang, (3) Nasihat pengantin sebagai anak, dengan makna bakti pada orangtua.

Dalam setiap acara pernikahan dapat dipastikan adanya pengambilan foto sebagai dokumentasi momen penting, karena pernikahan dilakukan hanya sekali seumur hidup. Sehingga pernikahan termasuk momen sakral dengan berbagai macam rangkaian acara, sehingga untuk menciptakan sebuah foto yang merupakan hasil karya seni, dibutuhkan metode serta keterampilan fotografer dalam membidik objek. Fotografi menjadi salah satu sarana yang kuat dalam komunikasi bentuk visual sebagai mode ekspresi alat pengingat kenangan setiap manusia. 

Dunia fotografi dibutuhkan teknik serta metode untuk menciptakan foto yang baik sehingga pesan di dalam sebuah foto tersebut akan mudah dibaca serta mewakili peristiwa secara keseluruhan. Dasar metode yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah memotret foto menggunakan Metode EDFAT. EDFAT salh satu metode yang diajarkan oleh Frank Hoy dari Newhouse School of Public Communication, Syracuse University yang kemudian mengajar di Arizona State University. Metode ini membantu untuk melihat sesuatu dengan sangat detail, teratur, sehingga menghasilkan rangkaian cerita (photo story) hingga akhirnya menjadi rujukan yang banyak dipakai oleh kalangan fotografer jurnalistik di berbagai negara, bahkan dunia. Dalam fotografi jurnalistik metode ini tepat digunakan untuk foto seri atau visual yang tidak berdiri sendiri.

EDFAT merupakan akronim dari Entire, Detail, Frame, Angle, dan Time. Masing-masing memiliki arti serta teknik pengambilan foto yang berbeda. Dengan menerapkan metode EDFAT maka akan membantu fotografer komersial khususnya genre foto Wedding untuk merangkai dan memotret setiap momentum acara demi acara, sehingga foto pernikahannya tidak hanya sebuah dokumentasi belaka, melainkan lebih dari itu dan tidak sama dengan foto yang lain.

Untuk melihat lebih jauh akan makna dalam foto wedding dengan menggunakan metode EDFAT, peneliti yang dipakai adalah semiotika, dengan tokoh Charles Sanders Pierce. Semiotika Pierce dikenal dengan ikon, indeks dan simbol dalam upaya pengungkapan makna. Metode ini sesuai dengan objek penelitian berupa fptp, dimana fptp adalah sebuah representasi atau ikon daripada subjek yang di foto, dalam hal ini moment sakral sebuah pernikahan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini akan mengeksplorasi makna lebih lanjut daripada foto wedding yang menggunakan metode teknis EDFAT dalam pengambilan gambarnya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metide analisis isi.

Tradisi pernikahan Jawa yang lekat dengan beragam prosesi memiliki makna tersendiri, melalui dengan kombinasi metode teknis oengambilan foto EDFAT, akan dibongkar lebih jauh keterkaitan satu sama lain. Makna itu mengenai bagaimana sebuah kesepahaman diantara pemakai tanda, dalam hal ini bagaimana kemudian sepasang pengantin itu mau mengikuti rangkaian keseluruhan tradisi Jawa dalam sebuah pernikahan.

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu dengan metode EDFAT membantu fotografer dalam menyampaikan pesan yang bermakna berupa nasihat kepada pengantin dalam menjalankan rumah tangga. Berdasarkan penelitian ditemukan 3 (tiga) poin utama terkait makna nasihat pada tradisi pernikahan Jawa yang terabadikan melalui metode fotografi EDFAT, yaitu :

1. Nasihat Sepasang Pengantin : diyakini dapat membawa kebaikan dalam menjalani rumah tangga. Makna nasihatnya; pengantin pria memiliki tanggung jawab kepada pengantin wanita, tanggung jawab untuk menafkahi, memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus tanpa keterpaksaan. Sedangkan bagi pengantin wanita adalah dengan berbakti pada suami dengan penuh rasa cinta kasih sayang, menerima nafkah dengan ikhlas dan mendukung suami dalam keadaan apapun.

2. Nasihat Orangtua Kepada Anak : dimaknai bahwa orangtua memberi restu, menghantarkan pada babak baru kehidupan, sekaligus melaksanakan kewajibannya untuk menikahkan anak. Selain itu juga terdapat makna mengenai keikhlasan orangtua dalam memaafkan segala kesalahan anak, sehingga orangtua tidak boleh membeda-bedakan kasih sayangnya kepada anak dan menantu, keduanya harus seimbang.

3. Nasihan Pengantin Sebagai Anak : memiliki makna bahwa sepasang pengantin harus tetap berbakti, dan mematuhi orangtuanya dalam keadaan apapun, karena sehebat apapun seorang anak, jika sudah dihadapan orangtua tetap harus berbakti, menghormati, serta tidak diperbolehkan untuk menyombongkan diri.


(7) Judul : Fotografi adalah Seni: Sanggrahan terhadap Analisis Roger Scruton

Mengenai Keabsahan Nilai Seni dari Sebuah Foto

Penulis : Andreas Arie Susanto

Volume 4 Nomor 1, April 2017: 49-60

 

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menyanggah argumentasi Roger Scruton mengenai keabsahan nilai seni dari sebuah foto. Scruton berpendapat bahwa fotografi bukanlah karya seni. Fotografi hanyalah sebuah tindakan mekanis dalam menghasilkan suatu gambar, bukan representasi melainkan hanyalah peristiwa kausal, bukan gambaran imajinasi, tetapi hanya kopian. Fotografi mengandaikan adanya kemudahan dalam penciptaan seni.

Hasil Review : Pernyataan Scruton semakin dikuatkan dengan fenomena perkembangan teknologi yang sudah melupakan sisi estetis dan hanya berpasrah sepenuhnya pada tindakan mesin. Penekanan berlebihan terhadap keunggulan reduplikasi, proses instan, dan otomatisasi fotografi membuat fotografi kehilangan tempatnya di dunia seni. Akan tetapi, persoalan seni adalah persoalan rasa. Fotografi tetaplah sebuah seni dengan melihat adanya relasi intensional yang tercipta antara objek dan seorang fotografer dalam sebuah foto. Relasi intensional ini tercermin dalam proses, imajinasi, dan kreativitas fotografer di dalam menghasilkan sebuah foto. Lukisan dan fotografi adalah seni menurut rasanya masing-masing.

Seni dan teknologi diibaratkan sebagai dua sisi, dua muka dalam sebuah koin. Walaupun sama-sama merupakan hasil olah karya manusia, namun berbeda dalam pandangan dan tidak jarang kehadiran satu sama lain justru saling melemahkan. Keduanya merupakan hasil ekstensifikasi pemikiran manusia, seni sebagai hasil olah karsa manusia dan teknologi sebagai olah karya manusia. Seni tercipta sebagai bentuk ekspresi jiwa manusia, sebagai bentuk pengeksplorasian perasaan manusia. Seni menyangkut nilai yang terkandung dalam wujud, bentuk, sesuatu yang dapat diindera manusia.

Roger Scruton Menilai Fotografi Ambiguitas dalam diri fotografi ini juga diamini oleh seorang filsuf bernama Roger Vernon Scruton. Scruton mengajar sebagai dosen dan profesor estetika di Birkbeck College, London. Sepak terjangnya dalam dunia filsafat dan estetika sudah amat dikenal oleh para ahli. Ia adalah seorang filsuf yang memiliki spesialisasi dalam bidang estetika khususnya pada musik dan arsitektur. Scruton juga termasuk salah satu dari empat pendiri Conservative Philosophy Group, yang bertujuan untuk memelihara pengetahuanpengetahuan konservatif.

Scruton tidak hanya melihat sisi mekanistis dari fotografi, tetapi juga memperlihatkan kelemahan mendasar fotografi jika ingin disebut seni melalui perbandingan dengan lukisan. Walaupun fotografi dapat dikatakan sempurna dalam merepresentasikan gambaran sebuah benda, fotografi bukanlah sebuah seni representasi. Hal ini ia sampaikan secara terperinci dalam esainya yang bertajuk “Photography and Representation”. Ia melihat bahwa ada suatu masalah dalam kesesuaian dan keakuratan fotografi. Scruton menekankan pentingnya memisahkan lukisan dan fotografi secara lebih dalam. Tidak melihat pada lukisan atau fotografi yang aktual (yang sebenarnya namun menitikberatkan pada bentuk ideal dari keduanya).

Fotografi ideal bagi Scruton, juga memiliki relasi khusus dengan subjek yakni sebuah foto dari suatu benda. Dalam esainya, Scruton terlihat mempertahankan argumen-argumennya dengan menampilkan kemungkinan-kemungkinan keberatan yang akan diajukan oleh pihak yang tidak menyetujui pernyataannya. Fotografi bukanlah sebuah seni representasi. Tidak mungkin ada rasa atau nilai estetis di dalamnya karena foto hanya menampilkan apa yang ada di foto tersebut dan tidak memasukkan unsur estetis di dalamnya. Meskipun sebuah foto mengklaim dirinya adalah foto seni, hal tersebut tetaplah sebuah foto dan bukan sebagai sebuah pekerjaan seni.

Kelemahan dalam pendapat Scruton adalah ia tidak melihat pada proses penciptaan sebuah imaji melainkan langsung pada hasil foto yang tentu saja terlihat transparan. Di satu sisi, Scruton kurang tepat dalam membandingkan fotografi dengan lukisan. Lukisan adalah sebuah seni dalam dunianya tersendiri, sedangkan fotografi juga adalah seni dengan keistimewaannya tersendiri. Tidaklah dapat dengan mudah dikatakan bahwa seni merangkai bunga bukanlah dianggap sebagai seni, karena tidak seperti melukis. Seperti halnya apel tidaklah dapat dibandingkan dengan kelapa meskipun keduanya sama-sama buah. Foto dilihat sebagai sebuah seni dengan cara pandang bahwa foto adalah interpretasi dari kenyataan bukan sebuah representasi kenyataan. Semua memiliki ciri khas masing-masing. Secara konseptual, fotografi adalah cara menghasilkan karya visual dengan menggunakan cahaya, tetapi sejauh mana bisa memberi nilai lebih pada foto yang dihasilkan itulah seni fotografi.


(8) Judul : Analisis Arah Cahaya dalam Studio Fotografi

Penulis : Sigit Setya Kusuma

Jurnal IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, dan Media Baru

Vol. 13 No.2 Ed. Juli 2022

Tujuan Penelitian : Dalam  studio  fotografi,  cahaya  adalah  sebuah  elemen  inti  untuk  mendukung  proses  pemotretan.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  efek  dari  arah  cahaya  dari  satu  lampu  terhadap sebuah objek dalam studio fotografi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini menjelaskan hasil dari eksplorasi penggunaan satu lampu  dalam  studio  fotografi  dengan  arah  yang  berbeda-beda  terhadap  sebuah  objek yaitu batu bata. Dari delapan sudut cahaya yaitu 0º, 45º, 90º, 135º, 180º, 225º, 270º, dan 315º hanya terdapat 5 (lima) sudut yang menghasilkan arah pencahayaan yang berbeda terhadap objek yaitu sudut 0º-180º. Kelima arah tersebut merupakan representasi dari teknik front light, rembrant light, side light, rim light dan back light.

Hasi lReview: Arah Cahaya  memiliki  peranan  yang  penting  dalam  pemotretan  di  studio  fotografi.  Cahaya  dalam   fotografi   adalah   unsur   yang   paling   penting dan utama untuk menciptakan sebuah gambar,   image   atau   foto.   Fotografi   sendiri   berarti   menggambar   dengan   cahaya   tanpa   adanya  cahaya,  kita  bagai  berada  di  ruang  yang  gelap  gulita  tanpa  dapat  melihat  apapun  juga  (Sadono  16).  Kita  dapat  melihat  obyek, memfokuskan lensa kamera dan menekan rana merekam  gambar  ke  dalam  film  semata-mata  karena  adanya  cahaya.  Cahaya  memberikan  informasi  tentang  struktur  bentuk  objek  yang  akan  di  foto.  Apa  yang  kita  lihat  pada  benda  adalah  akibat  dari  pantulan  cahaya  ke  benda  tersebut   yang   kita   tangkap   dengan   mata.   Pencahayaan  yang  diatur  dengan  baik  akan  mampu  memperlihatkan  hasil  yang  berbentuk  dua dimensi (foto) menjadi seakan tiga dimensi. Sebuah  foto  akan  tampak indah jika mendapat cahaya yang cukup bagus. Semua setting yang kita lakukan dalam aperture,  shutter  speed  dan  ISO  sebenarnya  merujuk    pada    usaha    untuk    mendapatkan    cahaya   yang   cukup.   Kemampuan   seorang   fotografer  dalam  mengatur  dan  menghitung  pencahayaan     akan     menentukan     kualitas     gambar  yang  dihasilkan.  Cahaya  yang  seperti  apa yang diharapkan dalam sebuah pemotretan sebetulnya   sangat   bergantung   pada   kesan   apa   yang   ingin   ditimbulkan   dan   bagaimana   komposisi  yang  diharapkan  dari  cahaya  dan  bayangan dalam foto.

Analisis  arah  cahaya  selalu  digunakan  dalam  pemotretan komersial atau fotografi komersial. Fotografi    komersial    yaitu    fotografi    yang    mengaplikasi  sebuah  teknik  fotografi  dengan  teknik   pencahayaan   studio   untuk   bertujuan   membuat sebuah foto yang menarik dan menjual dengan bermain cahaya studio fotografi dengan teknik  still  life  fotografi.    Fotografi  komersial  yaitu foto yang memiliki nilai jual serta fotografi ini   dibuat   sesuai   dengan   tujuan   komersial   misalnya untuk iklan dari sebuah produk, untuk poster, atau yang lainnya. Beberapa teknik yaitu dengan    memperhitungkan    komposisi    serta    arah  pencahayaan,  pencahayaan  harus  baik  karena  sekarang  hampir  setiap  studio  sudah  bisa   mengetahui   cara   untuk   mendapatkan   pencahayaan  yang  baik,  menggunakan  talent  atau   model   yang   mempunyai   bakat   setipe,   strategi  warna  dan  modifikasi  menggunakan  teknologi  yang  modern  misalnya  untuk  gerak  cepat, efek asap, serta slow motion.

Tata      cahaya      studio      adalah      penataan      pencahayaan   buatan   (artificial   light)   dalam   pemotretan   studio   (indoor)   untuk   mencapai   efek  tertentu  sesuai  keinginan  fotografernya.  Peralatan    pencahayaan    studio    terdiri    dari    portable  flash,  compact  lighting,  powerpack  lighting,   continuous   lighting,   dan   aksesoris   dalam lighting  (Caturiyanto  89).  Cahaya menginformasikan  tentang  objek,  memberikan  nuansa    dan    rasa.    Berlatih    menggunakan    satu  lampu  adalah  cara  paling  tepat  untuk  mengetahui  jatuhnya  cahaya  dan  karakteristik lampu dan aksesorisnya.

Pencahayaan dalam fotografi merupakan unsur penting untuk menghasilkan sebuah karya yang artistik,  permainan  cahaya  akan  menghasilkan  sebuah    objek    fotografi    terlihat    berbeda    maka  dari  itu  arah  dan  sudut  pencahayaan  merupakan  permainan  dari  cahaya  fotografi  sesuai  penempatan  arah  dan  sudut  sehingga  setiap   arah   dan   sudut   cahaya   memberikan   makna     yang     berbeda     terhadap     objek. Pencahayaan  kreatif  adalah,  penataan  pencahayaan pada benda untuk menghasilkan efek-efek  yang  diinginkan  dan  menghasilkan  suasana    tertentu.    Penataan    pencahayaan    dalam   fotografi   bisa   berlaku   saat   menata   cahaya alami ataupun cahaya buatan (artificial light),  untuk  penataan  cahaya  alam  biasanya  fotografer  menggunakan  alat  berupa  diffuseratau   pelembut   pencahayaan   dan   reflectoryang  digunakan  untuk  membantu  memberikan  cahaya tambahan pada bidang gelap.

Untuk dapat menghasilkan sebuah karya fotografi yang baik perlu untuk mengusai teknik-teknik  yang  ada  dalam  fotografi  berikut  adalah teknik-teknik dasar yang perlu diketahui:

 (1) Aperture  /  bukaan  pada  lensa  adalah  lubang  yang ada pada lensa dimana cahaya itu lewat. Pengaturan    aperture    dapat    mempengaruhi    cahaya dan kedalaman (depth of field). Aperture yang lebar akan membuat cahaya yang masuk akan  semakin  banyak  hal  ini  baik  digunakan  ketika pencahayaan yang minim, akan tetapi hal ini  berpengaruh  pada  gambar  yang  dihasilkan  akan  tajam  pada  satu  sisi  dan  kabur  pada  sisi  yang lain. (2) Shutter Speed / kecepatan rana  adalah    pengaturan   yang   dilakukan   untuk   mengatur   cahaya  yang  masuk  ke  dalam  kamera  setelah  melewati  bukaan  lensa.  Pengaturan  ini  juga  mempengaruhi   pencahayaan   dan   kecepatan   dalam   mengambil   sebuah   gambar.   Semakin   tinggi speed yang dipakai akan semakin sedikit cahaya  yang  masuk  begitu  pula  seb aliknya. (3) ISO; ISO  adalah  pengaturan  terhadap  sensitivitas  pada sensor dalam sebuah kamera. Pengaturan ISO dapat berpengaruh pada pencahayaan dan kualitas gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi ISO  akan  membuat  gambar  semakin  terang  akan   tetapi   kualitas   gambar   akan   menurun   dimana akan banyak bintik kecil (noise) begitu juga sebaliknya.

 Metode   penelitian   yang   digunakan   adalah   kualitatif  deskriptif,  penelitian  yang  nantinya,  menurut  Strauss  dan  Corbin  dalam  Apriyanto  dan  Fajar  (30)  merupakan  temuan-temuan penelitiannya  tidak  diperoleh  melalui  prosedur  statistik  dan  bentuk  hitungan  lainnya.  Dalam  penelitian  kualitatif  ini,  menurut  Sugiyono  (2) peneliti sendiri yang menjadi instrumen dengan kata   lain   instrumennya   adalah   orang   atau   human  instrument.  Data  dikumpulkan  secara  trianggulasi  (gabungan)  dan  disajikan  dalam  bentuk  deskriptif  dari  fakta  yang  ditemukan  di  lapangan. Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya  pada  proses  penyimpulan  deduktif  dan   induktif   serta   pada   analisis   terhadap   dinamika   hubungan   antar   fenomena   yang   diamati,  dengan  menggunakan  logika  alamiah  (Azwar 5).

Dalam fotografi studio bahkan dalam komersial fotografi tentunya memahami karakter dan arah cahaya wajib untuk dipahami.  Hal pertama yang dipahami tentang pencahayaan dalam fotografi adalah karakteristik cahaya. Ada empat elemen yang   dimengerti   mengenai   cahaya:   kualitas   cahaya,  warna,  intensitas  dan  arah  cahaya.  Dalam  upaya  untuk  menghasilkan  suatu  karya  foto   yang   hebat,   seorang   fotografer   harus   dapat mengendalikan keempat elemen cahaya selama  pemotretan  khususnya  dalam  fotografi  studio.  Arah  cahaya  tentu  bisa  menghasilkan  objek   dengan   karakter   yang   berbeda,   ada   beberapa  arah  cahaya  yang  harus  diketahui  dalam pemotretan studio yaitu; arah cahaya  0º, 45º, 90º, 135º, 180º, 225º, 270º, 315º.

Terdapat delapan sudut arah cahaya yaitu 0º, 45º, 90º, 135º,  180º,  225º,  270º,  315º.  Namun,  hanya  hanya   5   arah   yang   memperlihatkan   suatu   arah  pencahayaan  berbeda  yaitu  sudut  arah  0º-180º  yang  merupakan  representasi  dari teknik front  light,  rembrant  light,  side  light,  rim  light  dan  back  light.  Jadi,  arah  cahaya  jika  dikombinasikan dengan kualitas, intensitas dan warna  dapat  menghasilkan  sebuah  karya  foto  yang berkualitas dan memiliki nilai estetika.

(9) Judul : ANALISIS KARYA FOTOGRAFI DIGITAL IMAGING

Penulis : Naomi Lisawati, Tantra Sakre

Jurnal Pendidikan Seni dan Budaya

 

Tujuan Penelitian : Fotografi  saat  ini,  sudah  menggunakan  teknik  digital,  sehingga  memudahkan  dalam  melakukan proses editing melalui software berupa aplikasi di komputer.  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses digital imaging dalam karya fotografi berdasarkan pemikiran surelis. Hasil penelitian yang ditemukan dalam proses visualisasi karya fotografi adalah analisis digital imaging. Ide penciptaan  yang  diwujudkan  oleh  imajinasi  seniman,  merupakan  sirkulasi  di  lingkungan  yang  diwujudkan sebagai  harapan  seniman.  Kesimpulan  dan  saran  diberikan  agar  penelitian  ini  bermanfaat  bagi  pembaca, khususnya sebagai referensi bagi pecinta digital imaging.

Hasil Review : Fotografi memang sungguh telah berkembang, karena adanya fotografi digital.    Tipuan     mata     dan     manipulasi-manipulasi  kini  sangatlah  terbantu  dengan adanya    perangkat    lunak,    salah    satunya adalah Adobe Photoshop menjadikan karya-karya  fotografi  baru  dengan  ide-ide  yang imajinatif    dari    pola    fikir    pelaku    seni. Menurut  pengamat  penelitian  saya digital imagingmerupakan    salah    satu    bentuk pengolahan gambar/foto digital menggunakan   software   pengolah   gambar seperti Adobe Photoshop. Geremias Affiar merasa bahwa lingungan, dan kondisi perasaan merupakan    faktor    yang    mempengaruhi karya-karya    ciptaannya.    Khayalan    yang berawal dari kritiknya terhadap kondisi diri dan lingkungannya cuga menjadi faktor lain terbentuknya ide penciptaannya.

Fotografi  sekarang  mempunyai  banyak spesialisasi,   pembagian   kategori   fotografi bertujuan memudahkan pemaknaan realitas dalam homogen telah tercatat lebih dari 20 kategori genre fotografi. Antara lain, still  life  photography,  fine  art photography, art    photography,    abstract    photo-graphy, street   photography,   fashion   photography, model photography, architectural photography,  landscape  photography,  travel photography, dandocumentary photography. Selain     itu ada wedding photography, photojournalism, aerial photography, etnophotography, macro photography,   micro   photography,   pinhole photography, underwater photography, painting photography, digital paintingphotography (digital imaging), nudes photography,    infrared    photography, dan astrophotography (Abdi, 2012:5).

Seni   fotografi digital   imaging dengan proses   rekayasa   dalam   aspek   manipulasi foto (Image Manipulation) artinya menambah    atau    menghilangkan    bagian tertentu dari suatu foto hingga menggabungkan    beberapa    foto    menjadi suatu adegan. Hal ini karenayang dipentingkan tidak sekedar tampilan estetik-visualnya   saja   tatapi   nilai   estetis-kesesaatan   (aesthetic   momentum)   subjek karyanya yang  justru diutamakan. Sehingga subjek yang ditampilkan merupakan subjek terpilih    yang    memiliki    nilai uniqueness karena keterkaitannya dengan waktu pengambilan   yang   tepat   dengan   makna yang  tersirat  dalam  lingkup  peristiwanya merupakan subject   matter dengan    nilai otentisitas tinggi disamping keindahan yang dikandungnya   merupakan   dambaan   bagi setiap  seniman  fotografi  yang  jarang  kita temui (Soedjono, 2007: 10).

Peneliti tertarik dengan fotografi digital imaging karena ada ide-ide baru yang perlu dipelajari  untuk  memperoleh  ragam  teknik digital. Pada teknik ini diperoleh kemampuan menggunakan perangkat lunak dengan teknik digital imaging.  Pendekatan  penelitian  yang  digunakan dalam     penelitian     ini     adalah     kualitatif (deskriptif     analitik)          terhadap     karya fotografi digital imaging. Penelitian deskriptif   analitik   adalah   penelitian   yang bertujuan menggambarkan dan menginterpretasi  objek  yang  diteliti  sesuai dengan  keadaan  yang  sebenarnya.  Peneliti tidak  menjadi  bagian  dari  objek  yang  akan diteliti. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan    dengan    tujuan    utama,    yaitu menggambarkan    secara    sistematis    fakta dan   karakteristik   objek   dan   subjek   yang diteliti  secara  tepat.  Data  dianalisis  secara deskriptif analitik dengan analisis presentase   yang   menggunakan   prosedur statistik sederhana.

Penelitian   ini   merupakan   pendekatan penelitian   yang   memusatkan   pada   suatu unit  penyelidikan  saja  sebagai  suatu  kasus yang    diselidiki    secara    intensif    sehingga menghasilkan  gambaran  longitudinal,  yakni hasil   dari   penyimpulan   dan   analisis   data dalam    jangka    waktu    tertentu.    Peneliti bertujuan mendeskripsikan proses visualisasi  dari  karya  fotografi  berprinsip pada digital imaging.

Berkarya   fotografi   kini   menjadi   lebih mudah dengan adanya gagasan seni fotografi digital   imaging dengan    proses rekayasa    dalam    aspek    manipulasi    foto (Image Manipulation). Proses digital imagimgmembantu fotografer untuk merealisasikan  gaya-gaya  dalam  seni  rupa dapat  terwujud  pada  suatu  karya  fotografi.digital    imagingmerupakan    salah    satu bentuk    pengolahan    gambar/foto    digital menggunakan   software   pengolah   gambar seperti Adobe Photoshop. Kemajuan teknologi pada era digital semakin berkembang   dan   mempermudah  manusia untuk  menciptakan  hal-hal  baru.  Informasi, data, peralatan, bahan, dan perangkat untuk mencipta  sesuatu  dari  pemikiran  manusia terbantu  dengan  adanya  teknologi  digital. Dunia    fotografi    merupakan    dunia    yang sangkut    pautnya    sangat    besar    dengan perkembangan   teknologi. Era    digital    ini    pula    telah berkembang perangkat lunak pada komputer     dengan     membantu     kegiatan pencitraan    pada    foto.    Pencitraan    foto tersebut termasuk dalam salah satu kategori    fotografi,    yaitu digital   painting photographyatau    lebih    dikenal    sebagi digital  imaging (DI).


(10) Judul : ANALISIS PENGARUH TEKNIK FOTOGRAFI TERHADAP CITRA MEREK DALAM IKLAN PRODUK

Penulis : Hendi sama, Kenny Wilson, Syaeful Anas Aklani

Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi Univrab

Volume 9 No. 1 Januari 2024 : Hal : 58-68

Tujuan Penelitian : Penelitian ini dilakukan untuk mengisi kekosongan pengetahuan dan mengetahui dengan komprehensif pengaruhteknik fotografi terhadap citra merek dalam iklan produk. Pencahayaan, efek gerak, fokus dan ruang tajam, serta komposisi,  diidentifikasi  sebagai  factor - faktor  utama  yang  memiliki  peran  signifikan  dalam  membentuk  cara  konsumen  memandang  dan  menerima  merek  melalui  media iklan. Penelitian ini memiliki dampak yang sangat signifikan bagi  praktisi di bidang pemasaran dan periklanan yang sedang berupaya meningkatkan efektivitas iklan produk mereka. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana teknik fotografi memengaruhi citra merek, para praktisi dapat merancang  iklan  yang  lebih  memikat  dan  berpengaruh,  sehingga  mampu  membentuk    persepsi  konsumen dengan lebih efektif. Penelitian ini memberikan kontribusi pengetahuan penting dalam memahami peran esensial fotografi dalam membentuk citra merek, yang kini lebih relevan daripada sebelumnya dalam era pemasaran yang semakin terfokus pada elemen visual dan media digital.

Hasil Review : Teknik   fotografi   adalah metode - metode pengambilan gambar dengan tepat, pengaturan pencahayaan dengan tepat, pengolahan gambar dengan  tepat  dan  semua  aspek  yang  terkait dengan fotografi itu sendiri. Menurut Yunianto terdapat 4   unsur dasar dalam teknik fotografi yang terdiri dari pencahayaan, efek gerak, fokus dan ruang tajam, komposisi. Menurut Clow & Baack dalam salah satu tujuan   utama   perusahaan   dalam   periklanan adalah  menciptakan  citra  merek  yang  kuat. Membangun  citra  merek  yang  kuat  dan  global merupakan  salah  satu  fokus  utama  periklanan. Karena  itu,  ketika  suatu  merek  telah  berhasil membangun  citra  yang  kuat  dan  positif,  ini berkontribusi penting dalam membentuk persepsi positif di mata konsumen. Kemudian menurut penelitian Dedhy Pradana dalam citra merek adalah keseluruhan  pandangan  terhadap  produk  yang terbentuk berdasarkan pengetahuan dan pengalaman  sebelumnya  yang  terkait  dengan produk atau merek tersebut. 

Kesimpulan  dari  berbagai  penelitian  yang disebutkan adalah bahwa citra merek memiliki peran  sentral  dalam  pemasaran  dan  persepsi konsumen. Cara konsumen memandang merek sangat dipengaruhi oleh citra   merek yang terbentuk, yang merupakan hasil dari pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang terkait denganmerek atau produk tersebut. Untuk mencapai citra merek  yang kuat dan positif, Perusahaan perlu memfokuskan perhatian pada pembangunan citra   merek melalui berbagai alat informasi dan saluran komunikasi yang tersedia.


(11) Judul : ANALISIS SEMIOTIKA FOTOGRAFI “HUMAN INTEREST” KARYA SUHENDRO WINARSO

Penulis : Lydia Sri Rosdiana, Maya Purnama Sari

Jurnal Seni Rupa dan Desain

Vol. 26 No.1 Januari-April 2023

Tujuan Penelitian : Dari tema fotografi human interest yang diangkat oleh Suhendro Winarso, ia selalu menyampaikan pesannya lewat karya foto tentang cerita-cerita kehidupan sehari-hari masyarakat Blitar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskritif interpretif dan penerapan teori semiotika dalam analisis setiap karya ini dilakukan sebagai metode untuk kajian terhadap tanda-tanda visual fotografi yang terdapat pada foto human interest misalnya ditentukan berdasarkan pada gambar yang dianggap penting dalam pemaknaan setiap satuan tanda-tanda. Oleh karena itu, dalam setiap karya yang diabadikan oleh Suhendro Winarso dapat memperlihatkan identitas bangsa Indonesia itu sendiri mulai dari mencerminkan situasi dan kondisi kebudayaannya.

Hasil Review : Salah satu fotografer Indonesia, Suhendro Winarso merupakan seorang pecinta fotografi yang memiliki ide dan kreatifitas dalam setiap karyanya dengan tema fotografi human interest yang sering kali kita tahu bahwa karya-karya foto human interest ini menjadi hal menarik karena potret dari kehidupan seseorang atau suatu masyarakat secara emosional melukiskan gambaran suasana atau mood yang dapat menimbulkan rasa solidaritas dari orang yang melihatnya. Fotografi human interest yang menjadi ciri khas tersendiri dalam karya-karya Suhendro Winarso. Ia menonjolkan kehidupan masyarakat di Blitar, Jawa Timur, Indonesia sebagai daerah yang sering ia jadikan sebuah karya. Mulai dari kehidupan kalangan bawah yang bekerja keras, keluarga, anak kecil dan lain sebagainya. Foto human interest sendiri biasanya memiliki dukungan dalam karakter yang kuat dan menarik dengan memiliki ekspresi yang hidup serta cerita yang menyentuh. Tidak hanya itu, biasanya seorang fotografer harus peka terhadap suatu peristiwa yang mungkin tidak akan bisa terulang kembali.

Dari tema fotografi human interest yang diangkat oleh Suhendro Winarso, ia selalu menyampaikan pesannya lewat karya foto tentang cerita-cerita kehidupan sehari-hari masyarakat Blitar. Dari sekian banyak banyak foto dalam karyanya, terdapat sebuah foto yang menarik untuk dijadikan objek kajian dengan analisis semiotika fotografi yang dapat mendeskripsikan penyampaian pesan dengan kekuatan dalam mengkomunikasikan makna, karena fotografi sendiri yang tadi telah disebutkan dapat menghasilkan cerita dalam setiap fotonya.

Metode semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori mengenai pemberian tanda. Dalam dunia desain komunikasi visual, ilmu semiotika digunakan sebagai objek yang dapat menyampaikan pesan pada kalangan masyarakat tertentu dengan gambar atau visual. Karena dengan semiotika berperan dalam menyapaikan tanda-tanda yang dapat ditangkap oleh masyarakat. Peirce membagi tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda, yaitu ikon, indeks dan simbol. Ikon merupakan tanda yang menghubungkan antara signifier dan signified atau dengan kata lain acuan yang bersifat kemiripan. Penulis akan melakukan penelitian dengan memanfaatkan pendekatan melalui ide signifikasi dua tahap Roland Barthes atau biasa disebut two order of signification. Analisis ini akan melalui tahapan Analisis Leksia dan Kode Pembacaan. Analisis Leksia ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan pada gambar yang dianggap penting dalam pemaknaan setiap satuan tanda-tanda (gambar). Sedangkan Kode Pembacaan bagi Roland Barthes dalam teks dapat berproses ice major code atau lima kode pokok yang terdiri dari kode hermeneutika, kode proairetik, kode simbolik, kode kultural dan kode semik. Penelitian ini menggunakan penulisan artikel dari hasil pengkajian yaitu dengan metode penelitian deskriptif interpretif berpradigma kritis. Penggunakan metode ini bertujuan untuk menafsirkan, menguraikan dan mendeskripsikan data yang bersangkutan dengan karya fotografi yang akan dibahas yaitu tentang human interest melalui kajian teori kepustakaan, baik dari buku, jurnal, artikel maupun referensi lainnya yang akan mendukung pengkajian ini yang kemudian dianalisis lebih mendalam. Selain metode deskriptif yang dilakukan, penerapan kajian teori semiotika dalam penelitian setiap karya ini dilakukan sebagai metode untuk kajian terhadap tanda-tanda visual fotografi yang terdapat pada foto human interest.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pada salah satu foto karya Suhendro Winarso, tampak bahwa ia membawakannya dengan keberanian dalam setiap karyanya dengan menampilkan karya yang selalu menghadirkan kebiasaan, kebudayaan, adat, muatan sosial dan kultural dari masyarakat Indonesia. Ketertarikannya dalam fotografi human interest membawakan ciri khas dan kemenarikan tersendiri dalam setiap karya fotonya. Oleh karena itu, setiap karya yang diabadikan oleh Suhendro Winarso dapat menunjukkan dan memperlihatkan identitas bangsa Indonesia itu sendiri yang mencerminkan situasi dan kondisi kebudayaannya. Tema human interest yang diabadikannya akan sangat memudahkan untuk diapresiasi dan diperkenalkan kepada berbagai masyarakat luas bahkan dunia.


(12) Judul : ANALISA TEKNIK FOTOGRAFI DALAM TREND FOOD PHOTOGRAPHY

Penulis : Kadek Dede Muliawan, A.A. Sagung Intan Pradnyanita

Jurnal Nawala Visual

Vol. 3 No. 1 – Mei 2021


Tujuan Penelitian : Penelitian   ini bertujuan   untuk   menyelesaikan   permasalahan   yang dihadapioleh sebagian besar pelaku usaha yang baru saja merintis pada khususnya di bidangmakanan dan minuman, karena pada saat pandemi COVID-19saat  ini  mereka  dituntutuntuk  menghemat  biaya  produksi hinggamenghemat biaya pemasaran produk karenaketerbatasan modal yang  mereka  miliki  sehingga  mengakibatkan  penjualan  sebuahproduk menjadi   tidak   maksimal. 

Hasil Review : Pada   permasalahan   ini   khususnya   usaha makanan dan  minuman  mereka  dituntut  untuk  memiliki  foto  makanan dan minuman yang mereka jual semenarik mungkin untuk menarik minat pembeli,   akan   tetapi   mereka sebagian   besar   tidak   mampu   untuk membayar    jasa    fotografer    profesional    untuk menciptakan    foto sedemikian  rupa.  Jadi  pada  penelitian  ini  akan  dijabarkan  mulai  dari pengoprasian  kamera,  beberapa  teknik  yang  digunakan  para  fotografer profesional, hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  memotret,  sampai tips  dan  trik  untuk menciptakan  foto  yang  baik  dan  terlihat  menarik seperti  profesional  fotografer  agar bisa  dilakukan  sendiri  oleh  pelaku usaha  makanan  dan  minuman  yang  baru  merintis ini. 

Dalam  penelitian ini    penulis    menggunakan    metode    kualitatif,    melakukan observasi terhadap  usaha  mikro  yang  baru  saja  di  tahun  ini  dibentuk,  sesuai dengan target  dari  penulis  teori  yang  digunakan adalah teori-teori  dasar dari   fotografi   itu sendiri,   namun   penulis   merangkumnya   agar  lebih singkat padat dan jelas, hanya menggunakan teori yang digunakan untuk memotret   makanan   itu  sendiri  untuk mempermudah   memahaminya seperti   misalnya,   teknik   pengoprasian   kamera,  teknik pencahayaan, komposisi,  sampai pengenalan berbagai mood food photography, dan lain-lain.

Food Photography tidaklah cukup sulit untuk dipraktekan, bahkan untuk menghasilkan foto yang cukup profesional kita hanya perlu mengetahui beberapa teknik fotografi dan cara menata makanan tersebut, tidak ada hal lain lagi yang menghalangi untuk  memotret  makanan tersebut. Sejatinya setiap cabang  fotografi itu sama,  akan  tetapi  kita  hanya  perlu  memahami objek yang akan kita foto. Dalam permasalahan ini kita harus mengetahui  bagaimana  sebaiknya makanan itu terlihat agar meyakinkan    calon konsumen untuk membeli/mencoba makanan kita. Didalam sebuah foto  makanan yang baik    tersebut terdapat beberapa teknik  didalamnya  untuk menciptakan foto  yang  tepat  untuk  makanan  tersebut,  semua hal  itu  sudah  kita  bahas  sebelumnya  mulai  dari mengoprasikan  alat,  mempelajari  cahaya,  sampai mempelajari komposisi dalam fotografi.


(13) Judul : KOMPOSISI DALAM SENI FOTOGRAFI

Penulis : Yekti Herlina

Jurnal Nawala Visual

Nirmana, Vol.9, No.2, Juli 2007


Hasil Review : Seni fotografi bukan sekedar merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan. Foto yang baik tidak cukup hanya tajam gambarnya, tetapi juga tepat pencahayaannya dalam bidang gambar dengan komposisi yang baik pula. Komposisi adalah rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Komposisi foto merupakan salah satu cara bagaimana fotografer mengekspresikan dirinya.

Salah satu akibat perkembangan fotografi, adalah terjadinya pergeseran tujuan berkesenian. Pada saat fotografi semakin digemari secara meluas oleh masyarakat maka terjadi demokratisasi dalam kemampuan memindahkan realita ke dalam bentuk dua dimensional, yang sebelumnya hanya dimiliki oleh seniman. Dalam bidang desain penemuan fotografi kemudian berkembang dalam teknologi cetak. Proses pemindahan desain yang sebelumnya memakan waktu selama seminggu jerih payah dapat digantikan oleh proses foto selama satu atau dua jam.

Para ahli telah melakukan serangkaian studi mengenai persepsi manusia tentang nilai keindahan pada karya seni. Berdasarkan hasil pengkajian mereka, ada dia pandangan besar tentang keindahan, yaitu keindahan yang bersifat objektif dan subjektif. Keindahan bersifat objektif adalah keindahan yang muncul dan memancar dari wujud atau tampilan karya seni yang diperoleh berdasarkan kesepakatan akan simbol dan perasaan kolektif dalam bentuknya. Keindahan karya seni yang bersifat subjektif memandang bahwa keindahan bukan berdasarkan pada wujud benda. Keindahan muncul dalam getaran rasa individu-individu yang kebetulan memiliki latar belakang pengetahuan dan pemahaman tertentu sehingga dapat menangkap isi atau pesan berikut kemasan estetika pada karya seni.

Foto yang baik tidak cukup hanya tajam gambarnya, tetapi juga tepat pencahayaannya dalam bidang gambar dengan komposisi yang baik pula. Komposisi adalah rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Pemilihan komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer. Jadi, komposisi foto merupakan salah satu cara bagaimana fotografer mengekspresikan dirinya.

Tidak ada prinsip komposisi yang pasti. Pada keadaan tertentu, melanggar prinsip tersebut menghasilkan dampak yang berbeda. Kualitas komposisi yang kuat adalah kesederhanaan dan tidak perlu banyak memasukkan obyek yang menjadi pusat perhatian, sedangkan lainnya hanya merupakan pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek utamanya.

Tanpa kemampuan teknis fotografi yang baik dan komposisi dengan framing yang kuat, sebuah objek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu objek menjadi hilang keistimewaannya ketika ditampilkan dalam nuansa under exposure atau bahkan extreme overexposure. 


(14) Judul : FOTOGRAFI TAK LAGI SEKADAR ALAT DOKUMENTASI

Penulis : Arif Ardy Wibowo

Jurnal Seni Vol. 9, No.2 2015


Hasil Review : Media fotografi difungsikan sebagai alat bantu dalam dunia seni lukis pada waktu dulu, namun kini media tersebut menjadi sebuah fenomena baru yang hadir didalam dunia seni. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi sedikit banyak berpengaruh dalam dunia fotografi, hal ini membawa banyak perubahan atau revolusi. Revolusi menjadikan sebuah fenomena baru pada fotografi yang tadinya hanya sebagai alat dokumentasi biasa berganti menjadi sebuah media ekspresi seni. Untuk dapat dikatakan sebagai karya seni yang baik, maka sebuah foto setidaknya mempunyai 3 aspek penting, yakni aspek ide, aspek teknik, dan aspek pesan. Tanpa ada ketiganya, foto yang dihasilkan hanya akan berakhir sebagai hasil dokumentasi saja.

Di dalam karya seni lainnya seperti pada seni lukis dibutuhkan campur tangan dari media yang bernama fotografi. Media fotografi difungsikan sebagai alat bantu dalam dunia seni lukis pada waktu dulu, namun kini media tersebut telah menjadi sebuah fenomena baru yang hadir di dalam dunia seni. -Fenomena tersebut ditandai dengan banyaknya karya-karya fotografi yang dapat dijumpai serta masuk dalam kancah seni yang mampu menembus pada pameran penting di galeri-galeri seni terkemuka.

Fotografi merupakan media seni yang memiliki kelebihan tersendiri dibanding media seni lainnya. Media seni yang dihasilkan karya dari bidikan yang mampu menghasilkan karya visual yang menarik hasil ekspresi kreatif diri dengan hasil karya yang bermakna tertentu. Sebuah karya foto merupakan karya seni yang menampilkan gambar dengan landasan gagasan/pikiran dari beberapa aspek yang saling terkait, seperti pada aspek yang saling terkait, seperti pada aspek ide yang mengajarkan fotografer dapat jeli melihat gejala-gejala sekitarnya dan menjadikannya ide dalam berkaryanya, dengan menggunakan aspek teknik yang membuat fotografer dapat memperhitungkan aperture, shutter speed, dan ISO dalam membidik suatu objek. Ide yang dituangkan melalui teknik yang tepat dapat memperlihatkan dengan jelas mengenai kandungan pesan yang ingin disampaikan dalam karya fotonya. Keterkaitan pada aspek-aspek tersebut dapat menjadikan sebuah karya fotografi ini tidak hanya sekadar sebagai hasil dokumentasi semata saja.


(15) Judul : IMAJINASI KE IMAJINASI VISUAL FOTOGRAFI

Penulis : Edial Rusli

Jurnal Rekam, Vol. 12 No. 2 - Oktober 2016


Hasil Review : Imaji visual fotografi merupakan media rekam visual yang objektif dan representatif kebenarannya dalam merekam suatu realitas. Proses artistik imajinasi visual ini diciptakan dengan didasarkan pada artistik yang berdasarkan imajinasi, artistik berdasarkan imajinasi dan artistik didasarkan pada kombinasi antara kenyataan dan imajinasi. Penciptaan imajinasi visual fotografi merupakan daya untuk mengkonstruksi atau menggabungkan kembali dari berbagai imaji-imaji atau foto secara imajinatif dan kreatif dengan persepsi yang menyertainya untuk menjadi imaji baru yang utuh, logis, dan mungkin terjadi dengan menggunakan teknik dan efek fotografi.

Proses mengonstruksi membutuhkan suatu kemampuan berimajinasi untuk menggabungkan dan menyatukannya untuk menjadi satu kesatuan (unity) yang utuh dalam satu permukaan gambar/imaji secara ekspresif dan imajinatif melalui proses estetis yang kreatif berdasarkan ciri personal penciptanya. Dengan demikian, hasil dari proses konstruksi tersebut sudah tidak tampak lagi imaji sebelumnya dan pemaknaannya sudah bergeser menjadi karya imaji dengan pemaknaan baru.
Imaji visual fotografi merupakan sebuah gambar diam yang bisa membawa pesan dan dengan mudah mengingatkan suatu peristiwa apa saja yang telah terjadi. Imaji visual fotografi merupakan media yang representatif kebenarannya yang dapat memindahkan imaji dan merekam suatu realitas dan apa adanya atas suatu objek dari suatu realitas peristiwa dan kejadian pada masa lalu dengan sangat sempurna. Dengan demikian, imaji visual fotografi digunakan sebagai salah satu media yang menyatakan kebenaran atau bukti, sebagai media untuk pengingat atau memori masa lalu dan sebagai penanda simbol historis yang kehadirannya merupakan otentisitas suatu kejadian atau peristiwa yang telah terjadi pada masa itu.

Imaji visual fotografi sejak awal penemuannya sebagai media rekam visual yang objektif dan representatif terbukti kebenarannya dalam merekam suatu realitas walaupun di balik imaji visual fotografi tetap menyajikan subjektivitas dari seorang fotografer. Revolusi teknologi fotografi sebagai penyebab perubahan dari teknologi fotografi analog ke teknologi digital akan memengaruhi imaji visual fotografi sebagai media yang representatif kebenarannya. 
Dengan demikian, penciptaan karya mampu menghadirkan fenomena artistik yang konseptual sebagai sarana berekspresi untuk menuangkan ide melalui imajinasi visual fotografi. Penciptaan karya ini juga diharapkan berguna sebagai inspirasi dan mengajak masyarakat dalam penciptaan suatu karya imajinasi visual fotografi yang estetis kreatif yang dapat memperkaya khazanah imaji visual fotografi di Indonesia pada masa yang akan datang.

Imaji/citra/ image merupakan kesan batin atau mental atau bayangan visual yang akan ditimbulkan oleh objek atau figur. Dengan demikian, fotografi merupakan media yang menghadirkan kembali imaji dan untuk menghadirkan kembali suatu realita. Imaji visual fotografi merupakan media untuk merekam suatu kebenaran visual yang dapat diterima oleh semua orang yang tidak pernah luntur oleh waktu dan dipelihara oleh waktu yang diuji menjadi suatu rekaman sejarah masa lalu dalam satu arah jarak tertentu dan dalam satu waktu tertentu, maka didapatlah imaji visual fotografi diam. Imaji visual fotografi mempunyai kekuatan untuk mereproduksi dan meniru alam semesta yang sedemikian sempurna sehingga tidak ada perbedaan antara keadaan alam semesta dengan tiruan dari hasil rekaman visual fotografi. Sifatnya sangat alami (natural) dan realistik/apa adanya. Jadi, momentum apa pun yang tertangkap oleh lensa kamera melalui framing mata sang pemotret itulah yang akan menjadi imaji visual fotografi.

Makna dari imaji visual fotografi merupakan representasi yang sangat personal, baik landasan artistik, intelektual, maupun teknik pendekatan visualnya. Fotografi merupakan suatu proses pemotongan dalam suatu ruang yang dapat menghidupkan waktu dalam suatu peristiwa. Sementara itu, saat proses pengambilan gambar merupakan tindakan untuk mengabadikan imajinasi ke dalam suatu objek. Makna yang terkandung dalam suatu karya foto dapat berbentuk penafsiran dan penafsiran tersebut akan terus menghidupkan karya foto dengan pergeseran makna simbol dalam suatu perjalanan. Objek adalah material yang dipakai untuk mengekspresikan gagasan. Objek dari suatu peristiwa yang terjadi melalui proses penginderaan (sense perception) yang digunakan untuk melihat yang menangkap dan merasakan (senses) gejala objek yang terdapat di hadapannya sehingga pikiran imajinasinya secara langsung tertuju ke objek itu sambil membayangkan untuk dijadikan sebagai persepsi. 

Penciptaan imaji visual fotografi yang baik diperlukan kemahiran, keterampilan dan pengetahuan teknis yang baik, kecermatan pengamatan, kepekaan akan keindahan seni (sense of art), ketajaman naluri, pengalaman, dan kecerdasan. Keberhasilan seorang yang mereka imaji visual fotografi dapat dilihat dari cara mengombinasikan dan mengaplikasikan semua faktor tersebut. Imaji visual fotografi akan menjadi baik bila di dalamnya terdapat aspek teknikal, ideasional, dan makna atau pesan.

Berbagai macam visual imaji fotografi yang memenuhi imaji di mata akan dianalisis melalui kecerdasan (belahan otak kiri) dan pengalaman (belahan otak kanan) yang dimiliki dan perekam imaji yang akan menentukan persepsi. Munculnya suatu imaji dalam mata menjadi sangat besar fungsinya karena memunculkan suatu imaji yang konkret maka dibutuhkan indera mata berupa imaji dengan memori. Untuk memunculkan imaji, imajinasi harus memadukan sensasi persepsi dan memori. Dengan demikian, hasil-hasil dari proses imajiimaji visual fotografi tersebut dire-konstruksi menjadi suatu karya imajinasi vusual fotografi.
Proses imajinasi visual fotografi ini sesuai dengan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diimajinasikan melalui pilihan dan susunan citra dalam struktur dua dimensi fotografi digital. Pengolahan dengan media komputer diharapkan akan mendapatkan suatu proses penciptaan suatu karya dan makna baru. Di samping itu, pengolahan dengan media komputer dan teknologi digital ini memberikan kemudahan dalam menciptakan karya-karya seni fotografi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah imajinasi visual fotografi merupakan gabungan dari imaji realitas visual pada masa lalu yang dikonstruksi kembali menjadi suatu realitas secara imajiner berdasarkan imajinasi pencipta pada masa yang akan datang. Penciptaan imajinasi visual fotografi merupakan daya untuk mengonstruksi kembali dari berbagai imaji secara ekspresif dengan mimpi dan imajinasi pada masa datang secara estetik kreatif untuk menjadi imaji baru yang utuh, logis, dan mungkin terjadi dengan menggunakan teknik dan efek fotografi. Presentasi dari hasil imajinasi visual fotografi ini akan memunculkan ikon dan simbol baru melalui digital imaging melalui perangkat lunak untuk memudahkan merekayasa dalam proses penciptaan imajinasi yang kreatif estetis. Hasil dari imajinasi visual fotografi ini merupakan manipulasi citraan yang didasarkan pada subjektivitas pencipta.


(16) Judul : TEKNIK PENERJEMAHAN ABSTRAK DALAM

JURNAL FOTOGRAFI

Penulis : Febriansyah Ignas Pradana

Jurnal Fotografi, Art dan Media, Vol. 3 No. 1, Mei 2019


Hasil Review : Teknik penerjemahan digunakan oleh penerjemah, baik lisan dan tulis, untuk memindahkan sebuah pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemilihan teknik penerjemaham berpengaruh terhadap keberhasilan penyampaian pesan dan gagasan. 

Dalam sebuah artikel atau penulisan ilmiah terdapat sebuah bagian yaitu abstrak, yang berisi penyajian singkat mengenai isi atau intisari dari sebuah artikel ilmiah. Untuk membuat sebuah artikel ilmiah lebih mudah diakses dan dipahami oleh pembaca, absrak tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Penelitian ini membahas mengenai teknik penerjemahan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan abstrak berbahasa Inggris dalam sebuah jurnal, dan presentase teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan.

Teknik Reduksi : Sehubungan dengan tujuan dari penerjemah untuk mempersingkat dan meringkas pesan, penerjemah terkadang dikondisikan untuk mengurangi beberapa elemen dari kalimat sumber, terutama pada kalimat komplek atau majemuk. Teknik pengurangan tersebut disebut teknik reduksi.
Teknik Kreasi Diskursif : Kreasi diskursif adalah teknik penerjemah yang menghasilkan terjemahan diluar konteks atau teknik yang dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film.
Teknik Transposisi : Teknik penerjemah transposisi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa.
Teknik Amplifikasi : Tidak jauh berbeda dengan teknik penerjemahan sebelumnya, teknik penerjemahan diaplikasikan dengan menambah informasi atau penjelasan mengenai isi pesan bahasa sumber
Teknik Penerjemah Literal : Teknik penerjemah ini dijelaskan sebagai terjemahan yang mengutamakan padanan kata atau ekspresi di dalam bahasa sasaran yang mempunyai rujukan atau makna yang sama dengan kata atau ekspresi dalam bahasa sumber.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dapat menjadi strategi dalam memindahkan pesan dan gagasan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, teknik-teknik penerjemah yang digunakan oleh penerjemah tidak membatasi hasil terjemahan dalam bahasa sasaran, dan teknik penerjemahan yang dominan digunakan dalam jurnal fotografi adalah teknik penerjemahan literal, yang berarti penerjemah sangat menjaga keutuhan, susunan dan struktur pesan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan banyaknya sumber data yang digunakan diharapkan hasil dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa teknik penerjemahan yang dominan digunakan dalam jurnal fotografi adalah teknik penerjemahan literal menjadi lebih representatif.


(17) Judul : PERAN FOTOGRAFI JURNALISTIK PADA ERA DIGITAL

Penulis : Reza Febrio Pangestu

Volume 3, No. 2 Hal. 63-68 Desember 2023


Hasil Review : Di era digital seperti saat ini, fotografi jurnalistik berperan penting sebagai alat komunikasi berbasis visual. Fotografi jurnalistik menjadi salah satu cabang dari pengelompokkan besar di bidang fotografi, selain fotografi seni dan fotografi komersial. Sebagai salah satu bidang seni, fotografi jurnalistik tentunya memiliki konsep estetika tersendiri, bahkan konsep estetikanya sangat berkaitan dengan "rasa". Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, merangkum berbagai tulisan yang telah dibuat, dibandingkan dengan teori-teori hasil tentang jurnalistik dan digitalisasi foto jurnalistik. 

Fotografi jurnalistik menjadi berpersan penting di era digital karena memiliki kelebihan, salah satunya adalah mampu merekam peristiwa, momen-momen yang nyata, dapat dipercaya dan mengandung nilai, sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi berbasis visual. Fotografi jurnalistik berfokus pada story telling atau menyampaikan sebuah cerita dari hasil foto. Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang krusial, sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Foto jurnalistik memiliki syarat seperti jurnalistik tulis, hanya yang membedakan adalah dengan foto; peristiwa yang tidak dapat di uraikan dengan kata-kata, dapat ditampilkan secara lebih dramatis, bahkan mungkin dipersepsi berbeda oleh masing-masing pembacanya. Sedangkan perbedaan jurnalistik dengan foto dokumentasi adalah foto-foto yang ditampilkan dalam media massa yaitu foto jurnalistik, sedangkan foto dokumentasi tidak. Foto jurnalistik bukan sekedar menampilkan kekerasan dan darah tetapi juga merekam peristiwa-peristiwa disekitar kita yang menarik untuk diabadikan, foto jurnalistik dan foto dokumentasi mempunyai dasar yang sama, keduanya berdasarkan realitas kehidupan.

Aspek pengumpulan berita dan konsep berita online yang mengutamakan kecepatan telah menggeser konsep-konsep tradisional jurnalisme pada era digital saat ini. Salah satu pergeseran yang cukup mendasar adalah semakin tipisnya batas antara media profesional dan media sosial. Jurnalisme bukan hanya memanfaatkan media sosial sebagai sarana penyebaran informasi tambahan, tetapi juga sebagai menggali informasi. Hal ini menjadikan konsep berita online yang lebih mengutamakan kecepatan telah menggeser konsep-konsep tradisional jurnalisme. Salah satu pergeseran yang cukup mendasar adalah makin tipisnya atas antara media profesional dan media sosial. Realita ini dapat dilihat dari semakin banyaknya turunan online yang turut merambah media sosial sebagai basis sumber informasi mereka.

Kesimpulannya bahwa banyak orang awam beranggapan yang disebut foto jurnalistik itu hanyalah foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto saja. Fotografi jurnalistik yang baik adalah foto yang mempunyai pesan yang jelas dari sebuah peristiwa, tetapi dibuat dengan kemampuan teknologi secara otentik berupa kamera dan disiarkan ke tengah masyarakat. Pada pendekatan teknis, seorang fotografer jurnalis dituntut mengetahui dan menguasai betul segala aspek teknis dalam pemotretan yang mencakup, kamera, lensa dan aksesoris lainnya, sebagai penunjang untuk menghasilkan karya. 
Digitalisasi media yang telah menyasar ke dunia jurnalistik tentunya berimplikasi besar terhadap perkembangan jurnalisme di Indonesia bahan dunia. Kecanggihan teknologi tentunya memberikan banyak sekali dampak positif dan kemudahan bagi para penyedia konten seperti halnya para jurnalis online yang dapat menunjukan kreativitas pada jurnalis untuk mengoptimalkan jurnalisme yang sesungguhnya, yaitu dituntut untuk lebih terampil dalam penyediaan konten baik visual, maupun penulisan.


(18) Judul : GENRE FOTOGRAFI YANG DIMINATI 

OLEH FOTOGRAFER DI INDONESIA

Penulis : Agnes Paulina Guawan

Humaniora Vol.5 No.2 Oktober 2014


Hasil Review : Dalam perkembangannya, bidang fotografi mengalami perkembangan yang cukup pesat, dan relatif luas, baik secara teknologi maupun secara tampilan visual. Objek yang dipotret dan momen atau waktu pemotretan, faktor ini cukup mewakili beberapa genre atau aliran dalam bidang fotografi. Tampilan visual yang dimaksud antara lain karya fotografi dalam kurun waktu yang cukup lama banyak berkembang dari segi ide atau konsep, segi tampilan, media cetak, teknik cetak, dan yang paling mendasar adalah karakter dari hasil pemotretan. Objek yang dipotret dan momen atau waktu pemotretan, faktor ini cukup mewakili beberapa genre atau aliran dalam bidang fotografi. Macam-macam tema atau tampilan visual yang terekam dalam sebuah karya foto tadi menjadi salah satu aspek yang dapat menjadi acuan bagi pengamat foto untuk dapat mengategorikan jenis atau aliran karya foto. Genre-genre tersebut memiliki fungsi yang pada dasarnya berbeda-beda penggunaannya.

Karena perkembangan aliran atau genre dalam fotografi ini sangatlah luas dan beragam, yang akan dibahas dalam artikel ini lebih dikhususkan untuk berbagi informasi umum mengenai masing-masing aliran yang cukup dikenal dimasyarakat dan komunitas fotografi Indonesia, dengan bahasan yang sederhana dan contoh foto yang umumnya dikenal dalam aliran tersebut. Hal ini disebabkan begitu banyaknya pendapat dan pembagian fotogragi dalam genre-genre yang seandainya ditelaah dengan serius masih cukup banyak yang pro dan kontra dalam pengategoriannya, disesuaikan dengan fungsinya saat penggunaan tujuan karya foto tersebut. Metode ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan melalui metode studi literatur. Pengumpulan data dilakukan melalui buku dan artikel yang membahas tentang teori fotografi, buku tentang fotografi, serta sumber dari internet mengenai teori yang berkaitan dengan materi pembahasan.

Seni fotografi juga mengalami perluasan dan pengembangan dari hasil eksploitasi dan kekreatifitasan para senimannya yaitu para fotografer sendiri. Dari banyaknya faktor pencetus baik kebutuhan pasar, perubahan jaman, situasi politik, ataupun faktor yang menjadi reaksi atas perkembangan seni yang lain, maka genre dalam fotografi bisa bertambah banyak. Yang dulunya hanya terbagi dalam aliran atau gaya pemotretan saja, sekarang sudah bisa dipilih dalam kategori aliran berdasarkan jenis media rekamnya. Bahkan perkembangan ini juga menciptakan profesi baru yang berhubungan dengan bidang fotografi selain fotografernya, misalnya asisten fotografer, make up artist dalam bidang fashion, food stylish dalam bidang foto makanan, atau pun digital artist untuk mengolah data digital dalam karya komersial.

Dalam bidang fotografi, seorang fotografer memiliki cukup pengetahuan atau cukup mengenal genre atau aliran dalam fotografi ini, pasti akan lebih mudah untuk memahami ketertarikan atau peminatannya dalam bidang fotografi dan akan mempermudah si fotografer untuk lebih memahami arah dan peluang yang terbuka untuknya dalam mengembangkan karir, hobi, atau kemampuannya di bidang fotografi ini. Banyak pendapat yang berusaha memberikan aspek dalam mempermudah pengategorian ini, antara lain pemilahan berdasarkan objek fotonya, misalnya; manusia bisa foto studio / indoor, foto model, beauty shoot, foto perkawinan, foto prewedding, foto anak dan balita, foto candid, dan lain-lain; Flora dan Fauna, foto makro (foto detail atau close up), bisa foto pemandangan, foto hewan atau wildline, foto interior, Foto makanan / food photography, still life, dan masih banyak yang lainnya.
Melaui kurun waktu yang sangat lama, bidang fotografi berkembang sangat cepat, dengan menghasilkan aliran-aliran atau genre yang menjadi bagian dalam perluasannya. Perkembangan genre-genre tersebut tidak lepas dari campur tangan fotografer-fotografer yang menjadi pelaku seni dalam bidang ini. Dari konsep dan ide serta dari proses penciptaan mereka, maka karakter hasil karya dari para fotografer semakin beragam dan semakin luas. Kedepannya pasti perubahan dan pengembangan karya dari para fotografer ini masih akan menciptakan dan menambah aliran-aliran baru yang akan terus memperkaya bidang fotografi, terutama fotografi di Indonesia.


(19) Judul : ETIKA MEMOTRET DALAM FOTOGRAFI JURNALISTIK

Penulis : Ravitto Purnomo Putra

Retina Jurnal Fotografi Vol.2 No.2 September 2022


Hasil Review : Foto jurnalistik adalah suatu aktivitas dokumentasi pengambilan gambar dalam sebuah peliputan berita melalui sebuah foto dan teks yang memperkuat berita tersebut dan menyampaikan beragam bukti berupa visual atas suatu peristiwa yang terjadi di lapangan dalam sebuah media, fotografi jurnalistik mulai berkembang pada abad 19 setela fotografi ditemukan seiring perkembangan teknologi. Dalam pengelolaan media tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang muncul, yaitu; mengetahui etika foto jurnalistik.
Pertimbangan dari kelayakan sebuah foto jurnalistik meliputi unsur visi, informatif, kehangatan, faktual, relevan, misi termasuk juga di dalamnya mengenai angle atau sudut pengambilan gambar. Selain itu, salah satu prasyarat mutlak dari nilai sebua foto jurnalistik adalah orisinalitas dan bukan hasil rekayasa termasuk rekayasa komputer grafis. 
Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Tujuannya penelitian kualitatif adalah menjelaskan fenomena secara rinci dengan pengumpulan data yang mendalam di dalamnya.

Untuk tahu fotografi, masih ada metode EDFAT yang dikemukakan sang Walter Cronkite School of Jurnalism and Telecomunication, Arizone State University.
EDFAT adalah metode pengambilan gambar lewat kamera untuk melatih optis melihat sesuatu secara lebih jelasnya dan tajam. Metode EDFAT diterapkan untuk membantu proses pengambilan keputusan terhadap suatu peristiwa atau syarat visual yang mempunyai cerita dan nilai fakta secara cepat dan lugas. Proses yang dikerjakan dalam setiap unsur menurut metode tadi adalah tahapan pada upaya memotret suatu bentuk visual menurut insiden yang mempunyai nilai fakta dan layak disampaikan pada public, unsur yang dimaksud dalam metode EDFAT, yaitu :

ENTIRE (Keseluruhan) : seluruh pemotretan dilakukan setelah melihat acara atau tugas lainnya target atau penyergapan bagian yang dipilih seperti objek.

DETAIL (Rinci) : Langkah opsional untuk membuat keputusan tentang sesuatu yang dianggap sebagai poin yang paling tepat nilai-nilai yang menarik.

FRAME (Komposisi) : Membingkai detail subjek yang akan diambil. Langkah ini penting untuk jurnalis foto memahami pentingnya komposisi, pola, struktur dan bentuk subjek.

ANGLE (Sudut Pandang) : Menentukan pandangan objek foto yang akan diambil. Seperti eye angle, low angle, dan high angle.

TIME (Waktu) : Langkah ini menentukan akurasi tentang materi radiasi komposisi yang tepat antara kecepatan empat tingkatan yang telah disebutkan. 

Dalam dunia jurnalistik, aturan etika internal Jurnalisme Foto Internasional diatur oleh Fotografer Pers Nasional Kaidah etik pergaulan yang berisi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan rekaman foto jurnalistik. Wartawan foto diperbolehkan mengambil gambar perspektif yang berbeda, tetapi harus memperhatikan kejujuran, kebenaran, dan objektivitas. Perkembangan teknologi informasi membuat jurnalisme dapat diakses oleh semua orang.
Kesimpulan; jurnalistik fotografi merupakan kumpulan antara teknologi dan seni. Terdapat metode EDFAT dalam fotografi yaitu metode pengambilan gambar lewat kamera untuk melatih optis melihat sesuatu secara lebih jelasnya dan tajam. Setiap fotografer harusnya menghargai nilai-nilai etika dalam masyarakat.


(20) Judul : KREATIVITAS DALAM SENI FOTOGRAFI

Penulis : Yekti Herlina

NIRMANA Vol.5, No. 2, Juli 2003


Hasil Review : Dengan perkembangan zaman dan teknologi, fotografi telah menyebar ke segala penjuru dunia dan merambah beragam bidang kehidupan. Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya. 
Seni fotografi adalah perpaduan antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang tidak tercakup dalam teknolgi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk memberikan karakter dan keindahan pada hasil visualnya, Seni fotografi bukan sekedar rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan.

Kreativitas adalah kemampuan yang efektif untuk mencipta yang akan melahirkan sesuatu yang baru. Dapat dikatakan juga, kreativitas adalah daya dan upaya dari akal budi untuk menciptakan sesuatu yang lain atau berbeda dari pada yang lainnya, dari kurang baik menjadi lebih baik, dari yang belum pernah ada menjadi sesuatu yang nyata, menarik, dapat dinikmati, dan bermanfaat.

Proses fotografi telah mengalami perubahan dengan tidak adanya proses kimiawi dalam pencetakan foto. Kalau pada teknologi sebelumnya, untuk mendapatkan hasil foto kita harus mencuci film tersebut baru kemudian mencetaknya. Fotografi digital gambar yang didapatkan sudah langsung menjadi sebuah file komputer yang siap diolah. Penemuan kamera digital ini didukung oleh perkembangan software komputer pengolahan gambar. Adanya teknologi ini memungkinkan fotografer melakukan eksplorasi, eksperimen fotografi secara luas dan menjadikan seni fotografi menemukan aliran baru. 

Teknik montage/penggabungan gambar bisa dilakukan dengan cepat, tepat, murah. Pada perkembangan fotografi digital diperkirakan akan menjadi faforit pada seni fotografi pada masa mendatang karena keluasan teknik yang ditawarkan. Fotografi digital hanyalah sebuah temuan yang memudahkan untuk menyempurnakan dan memanipulasi sebuah foto. Namun bagaimana ia dipakai sepenuhnya, tergantung kreativitas manusia yang mengolahnya. Pada dasarnya apa yang ada dalam karya fotografi mampu diolah dengan data-data komputer dan mampu menyamai kemampuan secara visual. Pekerjaan komputer hanya perpanjangan tangan, sedang data-data objek tergantung pada prasarana kamera dan kemampuan fotografer. Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung oleh perkembangan teknologi kamera.

Dunia fotografi adalah dunia kreativitas tanpa batas. Beragam karya foto dapat dihasilkan dengan berkreasi, tidak ada yang dapat membatasinya. Sejauh keinginan untuk berkreasi, seluas itu pula lautan karya yang bisa dihasilkan. Kreativitas yang dimaksud menyangkut segala aspek dan proses pem-buatan foto, mulai dari pemilihan peralatan yang dipakai, kejelian menentukan obyek pemotretan sampai proses pencetakan foto. Kejelian menentukan obyek sangat berpengaruh pada foto yang akan dihasilkan.
Mata seorang fotografer yang terlatih mampu menangkap berbagai macam keindahan dimana saja, bahkan pada obyek-obyek yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kemampuan Teknis fotografi yang baik, sebuah obyek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu obyek menjadi hilang keistimewaannya saat dibidik.


DAFTAR PUSTAKA

 https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3397/2778 (peran warna dalam karya fotografi)

 https://www.aksiologi.org/index.php/relasi/article/view/412/273 (aktivitas foto jurnalistik di harian disway)

 https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jp/article/view/763/652 (analisis semiotik  fotojurnalistik karya adekberry)

 https://journal.pubmedia.id/index.php/jbkd/article/view/1918/2411 (peran fotografer dalam konser musik jember unifest 2023) https://journal-nusantara.com/index.php/JIM/article/view/2333/1947 (analisis semiotika foto pada buku mata lensa karya adek berry)

 http://governance.lkispol.or.id/index.php/description/article/view/157/148 (analisis semiotika pada metode fotografi edfat dalam pernikahan tradisi jawa)

 https://core.ac.uk/download/pdf/230914951.pdf (fotografi adalah seni: sanggrahan terhadap analisis roger scruton menggenai keabsahan nilai seni dari sebuah foto)

 https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/78/78 (analisis arah cahaya dalam studio fotografi)

 https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/racana/article/view/5225/3684 (Analisis karya fotografi digital imaging)

 https://jurnal.univrab.ac.id/index.php/rabit/article/view/4078 (analisis pengaruh teknik fotografi terhadap citra merek dalam iklan produk)

 https://journal.isi.ac.id/index.php/ars/article/download/5461/3084 (analisis semiotika fotografi "human interest" karya suhendro winarso)

 https://jurnal.idbbali.ac.id/index.php/nawalavisual/article/view/193/143 (analisa teknik fotografi dalam trend food photography)

 https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/dkv/article/view/17676 (komposisi dalam seni fotografi)

 https://journal.unnes.ac.id/nju/imajinasi/article/view/8847/5796 (fotografi tak lagi sekadar alat dokumentasi)

 https://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/viewFile/1426/296 (imajinasi ke imajinasi visual fotografi)

 https://journal.isi.ac.id/index.php/specta/article/view/3036/1306 (teknik penerjemahan abstrak dalam jurnal fotografi)

 https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/2229/1434 (peran fotografi jurnalistik dalam era digital)

 https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3266/2650 (genre fotografi yang diminati oleh fotografer di indonesia)

 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/retina/article/view/2273/1220 (etika memotret dalam fotografi jurnalistik)

 https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/dkv/article/view/16106 (kreativitas dalam seni fotografi)



Komentar

Postingan Populer